Model Pembelajaran Kolaboratif
Model Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran
kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan
para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju
bersama pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila
orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, di
kemudian hari mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang
lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih
mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang
berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam
skala nasional bahkan mondial.
Ada banyak macam pembelajaran
kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh para ahli maupun praktisi pendidikan,
teristimewa oleh para ahli Student Team Learning pada John
Hopkins University. Tetapi hanya sekitar sepuluh macam yang mendapatkan
perhatian secara luas, yaitu:
1. Learning
Together.
Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan siswa-siswa yang
beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set
lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
2. Teams-Games-Tournament
(TGT).
Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan
berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
3. Group
Investigation (GI).
Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta
perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang
akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana
perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses
dan hasil kerja kelompok.
4. Academic-Constructive
Controversy (AC).
Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi
konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing,
baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan
pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan
masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan
psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota
maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
5. Jigsaw
Proscedure (JP).
Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang
berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami
keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh.
Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
6. Student
Team Achievement Divisions (STAD). Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan
membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh
terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan
berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada
pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
7. Complex
Instruction (CI).
Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi
pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial.
Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap
pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang
bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para
siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja
kelompok.
8. Team
Accelerated Instruction (TAI). Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara
pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara
bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan
sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok.
Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa
mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat
menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain
pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran
soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
9. Cooperative
Learning Stuctures (CLS).
Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan).
Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang
harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar,
ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang
waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling
berpasangan itu berganti peran.
10. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model
pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa.
Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis
dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya
0 Response to "Model Pembelajaran Kolaboratif"
Post a Comment