Jenis Bahan Ajar Cetak
Jenis Bahan Ajar Cetak
Bahan
ajar sangat membantu proses pembelajaran. Berdasarkan teknologi yang digunakan,
bahan ajar dikelompokkan menjadi empat, yaitu bahan ajar cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar
multimedia interaktif (interactive
teaching materials).
Bahan
ajar cetak ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar dapat disusun
dengan baik, maka akan memberikan keuntungan sebagaimana yang disampaikan oleh Steffen Peter Ballstaedt (1994) bahwa
bahan ajar tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi
seorang guru untuk memberikan arahan kepada peserta didik; biaya untuk
pengadaan relatif sedikit; bahan ajar tertulis dapat digunakan dimana saja; dan
dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat
maupun membuat sketsa. Berikut jenis bahan ajar cetak, diantaranya:
1. Handout
Handout adalah bahan ajar tertulis yang
disiapkan guru untuk menambah pengetahuan peserta didik. Biasanya, handout
diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi/KD yang
sedang dipelajari dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Handout dapat diperoleh dari cara mendownload di internet maupun merangkum dari
buku penunjang.
Buku adalah bahan ajar tertulis yang
menyajikan ilmu pengetahuan sebagai hasil pemikiran dari pengarang buku
tersebut. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa
yang baik dan mudah dimengerti, disajikan menarik dilengkapi dengan gambar dan
keterangan-keterangan lain. Sebaiknya isi buku menggambarkan sesuatu yang
sesuai dengan ide penulisan. Sehingga, buku dapat digunakan oleh peserta didik
untuk menambah wawasan dengan berbagai pemikiran-pemikiran yang telah
disampaikan oleh pengarang dalam sebuah buku.
Modul adalah sebuah buku yang ditulis
dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa bantuan dan
bimbingan guru. Setidaknya, modul berisi tentang petunjuk belajar (peserta
didik/guru); kompetensi yang akan dicapai; konten materi/ informasi pendukung;
latihan-latihan; petunjuk kerja (dapat berupa Lembar Kerja); evaluasi; dan
refleksi (sebagai umpan balik terhadap hasil evaluasi).
Kebermaknaan sebuah modul akan terlihat
ketika peserta didik mudah menggunakan modul. Pembelajaran dengan menggunakan
modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam
belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih Kompetensi Dasar
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian, modul harus
menggambarkan Kompetensi Dasar yang hendak dicapai oleh peserta didik dengan
sajian bahasa yang baik, menarik serta dilengkapi dengan ilustrasi.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah
lembaran-lembaran yang berisi langkah kegiatan yang harus dilakukan oleh
peserta didik dalam pembelajaran untuk menemukan konsep pelajaran yang sedang
dibahas. Hamdu, G (2016) menyatakan bahwa “LKS berisi tuntunan kegiatan bagi
siswa dengan cara membangun pengetahuannya tanpa menggantungkan sepenuhnya pada
guru. Guru hanya terlibat dalam eksplorasi (memberikan penjelasan teknis)
bilamana diperlukan seperti kurang jelasnya pedoman pada LKS atau bila ada
pertanyaan yang kurang dipahami oleh siswa.” (hlm. 50)
Guru harus cermat dan memiliki
pengetahuan serta keterampilan yang memadai dalam mempersiapkan LKS. Karena,
penyusunan lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan
dengan ketercapaian sebuah KD yang hendak dikuasai peserta didik.
Brosur adalah bahan informasi tertulis
mengenai suatu masalah yang disusun secara sistematis atau cetakan yang hanya
terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid. Brosur dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar, jika penyajiannya diturunkan dari Kompetensi Dasar
yang harus dikuasai oleh siswa. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka
dapat didesain memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam brosur akan menambah
ketertarikan peserta didik pada saat proses penggunaan.
Wallchart adalah
bahan cetak yang ditempel di dinding kelas, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi
tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi peserta
didik maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan
tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan
pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar. Karena
didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai
bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok
yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan
bagaimana cara menggunakannya. Sebagai
contoh wallchart tentang
siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
Foto/gambar
memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai
bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai
melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang
pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai
berikut:
· Gambar harus mengandung
sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data.
· Gambar bermakna dan
dapat dimengerti.
· Lengkap, rasional untuk
digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar.
Sumber:
Departemen
Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:
Depdiknas.
Hamdu,
G. (2016). Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah Secara Tematik di Sekolah
Dasar. Bandung: Pelangi Press.
0 Response to "Jenis Bahan Ajar Cetak"
Post a Comment